MAKALAH
Komunikasi Dalam Organisasi
Kelompok 2 :
Annisya Yulia (11214416) Bunga Mala Hayati (12214247)
Desi Darayany (12214744)
Desi Ulfida Sari
(12214757)
Indah Pungky Oktiyanti (15214274) Nur Alfiani (18214135)
Siti Fitriah Febrianty (1A214350) Siti Navilah ( 1A214374)
Suci Pebrianti (1A214477) Winda Arsti Utami
(1C214257)
Yonna Rahayu (1C214460)
Kelas 4EA34
Universitas Gunadarma
Ekonomi/Manajamen
2017-2018
A. Pola Komunikasi
Bisnis
Meskipun semua
organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak dalam mencapai
tujuannya, perlu diketahui bahwa pendekatan yang dipakai antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi perusahaan
berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan, penyampaian informasi
dapat dilakiukan secara langsung kepada karyawan tersebut. Lain halnya dengan
perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, penyampaian
informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit. Bagaimana
pola komunikasi (patterns of communicationhs) terjadi dalam suatu organisasi?
Secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran komunikasi formal
(formak communication channel) dan saluran komunikasi nonformal (informal
communication channel)
- Saluran komunikasi formal
Dalam struktur
organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi
atau kedudukan masing-nasing sesuai dengan batas tanggung jawab dan
wewenhangnya. Dalam kaitanya dengan proses penyampaian informasi dari manajer
kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, pola tramsformasi informasinya
dapat berbentuk komunikasi dari atas kebawah (top down atau downward
communication), komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau upward
communication), komunikasi horizontal (horizontal communicationws), dan
komunikasi diagonal (diagonal communications). Selanjutnya akan dibahas
mengenai keterbatasab komunikasi formal (montana, 1993; greene, 1985).
a. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara sederhana,
transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan merupakan
komunikasi dari atas kebawah (top-down atau downward communications). Aliran
komunikasi dari manajer kebawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung
jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang
menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan
informasi, mengarahkan, mengkoordinasi , memotivasi, memimpin dan mengendalikan
berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
- Komunikasi dari atas ke
bawah tersebut bisa berupa lisan (oral communications) maupun tertulis (written
communications). Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa,
wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam
bentuk pertemuan. Di samping itu komunikasi tertulis juga dapat berbentuk memo,
manual pelatihan, kontak informasi, surat tugas, surat perintah, surat
keputusan, surat pemberhentian, papan pengumuman, dan buku petunjuk pelaksanaan
tugas bagi karyawan.
Menurt katz dan khan, komunikasi
kebawah memiliki lima tujuan pokok yaitu:
1.Memberikan penghargaan atau
instruksi kerja tertentu,
2.Memberikan informasi mengapa
suatu pekerjaan harus dilaksanakan,
3.Memberikan informasi tentang prosedur
dan praktik organisasional,
4.Memberikan umpan balik
pelaksanaan kerja kepada paraa karyawan,
5.Menyajikan informasi mengenai
aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan
saluran informasi dari atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya
penyaringan atau sensor informasi penting yang ditunjukan kepada bawahannya.
Dengan kata lain, pesan yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap
aslinya. Ketidak lengkapan pesan yang diterima disebabkan saluran komunikasi
yang cukup panjang mulai dari manajer puncak hingga ke karyawan. Untuk
memberikan gambaran yang lebih rinci tentang komunikasi dari atas kebawah dalam
suatu organisasi simaklah gambar dibawah.
b. Komunikasi dari Bawah ke
Atas
Dari struktur
orgsnisasi,komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang disampaikan
berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas(manajer). Untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara
tepat, sudah sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari
bawah. Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah
satu cara yang positif dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, selain itu
para manajer harus percaya penuh kepada para bawahannya. Kalau tidak, informasi
apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa
curiga dan ketidak percayaan terhadap informaasi tersebut.
- Salah satu kelemahan komunikasi
dari bawah ke atas adalah kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi yang
baik-baik saja, sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negatif atau
tidak disenangi oleh manajer cenderung disimpan atau tidak disampaikan.
- Untuk memberikan gambaran yang
lebih rinci tentang komunikasi dari bawah ke atas dalam suatu organisasi
simaklah gambar dibawah.
c. Komunikasi Horizontal
- Komunikasi horizontal atau
sering juga disebut dengan istilah komunikasi lateral, adalah komunikasi yang
terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar dalam suatu
organisasi, tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi, dan memberi kan informasi kepada bagian atau departemen yang
memiliki kedudukan sejajar.
- Komunikasi horizontal menjadi
penting artinya manakala setiap bagian atau departemen dalam suatu organisasi
memiliki tingkat tingkat ketergantungan yang cukup besar. akan tetapi, jika
masing-masing bagian dapat bekerja secara sendiri-sendiri tanpa harus
bergantung pada bagian lainnya, komunikasi horizontal tidak sering atau minim
dipakai.
- Untuk memberikan gambaran yang
lebih rinci tentang komunikasi dari horizontal dalam suatu organisasi simaklah
gambar dibawah.
d. Komunikasi Diagonal
- Bentuk komunikasi yang satu ini
memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi
diagonal melibatkan komunikasi antara dua level organisasi yang
berbeda.contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan
bagian pabrik.
- Bentuk komunikasi diagonal
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adlah:
1. Penyebaran informasi bisa
menjadi lebih cepat dibandingkan bentuk komunikasi tradisional.
2. Memungkinkan individu dari
berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam
organisasi.
- Namun komunikasi diagonal juga
memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal
dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal.
Disamping itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit
untuk dikendalikan secara efektif.
-Untuk memberikan gambaran yang
lebih rinci tentang komunikasi diagonal dalam suatu organisasi simaklah gambar
dibawah.
e. Keterbatasan Komunikasi Formal
- Meskipun sangat penting bagi
organisasi besar, namun dampak saluran komunikasi formal kurang menguntungkan
dari sudut pandang individual maupun perusahaan.
- Dilihat dari sudut pandang
individual, komunikasi formal sering membuat frustasi atau menjengkelkan bagi
pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan untuk masuk ke dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi yang besar, untuk dapat
berkomunikasi dengan manajer puncak harus terlebih dahulu melalui lapisan
manajer yang ada dibawahnya. Artinya banyak jalur yang harus dilalui untuk
dapat berkomunikasi secara langsung dengan manajer puncak.
- Kemudian dilihat dari sudut
pandang perusahaan, masalah terbesar dalam saluran komunikasi formal adalah
kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level
yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi
berpotensi menimbulkan kesalah pahaman.
- Bagaimana mengatasi hal
tersebut? Salah satu caranya adalah dengan mengurangi jumlah tingkatan (level)
dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi,
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang
mendatar dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak
rentang kendalinya akan dapat membantu mengurangi terjadinya distorsi
- Struktur organisasi
mendatar ditampilkan pada gambar dibawah.
f. Saluran Komunikasi Informal
- Bagan organisasi formal
akan dapat menggambarkan bagaimana informasinyang akan ditransformasikan dari
satu bagian ke bagian yang lainnya sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun
dalam praktik tampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar pada
struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi
untuk bertukar informasi antara orang yang satu dengan oang yang lain.
Oleh karena itu keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi
tidak dapat dielakan. Jaringan ini dapat pula digunakan oleh para manajer untuk
memonitor para karyawan dalam melakukan tugasnya.
- Dalam jaringan komunikasi
informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa memerlukan jenjang
hierarki, pangkat, dan kedudukan dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun hal-hal
yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum.
B.
Mengelola Komunikasi Bisnis
Cara Mengelola Komunikasi :
Ada dua hal yang
perlu di kelola dalam mengelola komunikasi, pertama: bagaimana menangani
pesan-pesan yang bersifat rutin; bagaimana menangani krisis komunikasi.
Penjelasan dari kedua hal tersebut disajikan berikut ini.
- Penanganan Pesan-pesan
Rutin
Dalam organisasi besar, pada
umumnya volume pesan-pesan (tertulis) lebih banyak dari pada dalam organisasi
berskala kecil, tetapi semua perusahaan memusatkan perhatiannya pada bagaimana
memaksimumkan manfaat (benefit) dari kegiatan komunikasi dengan biaya (cost)
tertentu. Untuk dapat memaksimumkan dan meminimkan biaya tersebut, seseorang
manajer perlu memperhatikan berbagai hal berikut:
a. Mengurangi Jumlah Pesan
Arus pesan dalam
suatu organisasi yang di sampaikan secara lisan maupun tertuls perlu dikelola
dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer organisasi perlu menentukan skala
prioritas pesan. Untuk membuat satu halaman surat di perlukan waktu dan
sumber-sumber (uang/bahan, waktu, tenaga). Organisasi juga perlu menghitung
berapa rata-rata biaya yang perlukan untuk mencatat, mengetik, mengedit, dan
mengirimkan surat serta berapa lama sebuah surat bisnis dapat di selesaikan.
Oleh karena itu, jika suatu pesan perlu diberikan secara tertulis, sepucuk
surat merupakan investasi yang baik dan berharga. Namun, jika sebuah surat
hanya akan menambah beban informasi yang akan disampaikan, mungkin lebh baik
pesan disampaikan dengan cara lain, seperti lewat telepon atau tatap muka.
- Dalam suatu organisasi, mungkin
terdapat jumlah memo yang berlebihan dan tidak berguna, dan juga banyak
pertemuan/rapat yang sia-sia, membuang waktu dengan percuma, dan tiada hasil
yang berarti. Jenis-jenis komunikasi tersebut perlu dievaluasi dan memperoleh
perhatian yang seksama. Berapa lama sebuah pesan seharusnya diselesaikan?
Dapatkah pesan cukup disampaikan lewat memo? Berapa banyak surat yang
seharusnya dibuat? Berapa banyak surat yang harus diarsipkan? Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu organisasi dalam menghemat waktu
dan uang.
b. Intruksi yang Jelas
- Kesalahan yang menyebabkan
macetnya komunikasi, mungkin dapat di bebankan kepada setiap orang yang
ada dalam organisasi. Namun dalam hal ini seorang manajer mempunyai tanggung
jawab yang khusus untuk membuat setiap orang dalam organisasi tahu apa yang
harus dilakukan. Orang-orang yang bertugas melakukan komunikasi (komunikator)
sudah seharusnya memahami kebutuhan dan tujuan organisasi secara keseluruhan,
sehingga ia dapat menghindar dirinya dari kesalahan member intruksi.
c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu
organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila manajer
mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Hal ini penting karena seorang manajer harus
mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain. Seorang manajer
yang bersikeras untuk mengerjakan ulang setiap pesan dengan gayanya sendiri
tentu akan merepotkan semua pihak dalam suatu organisasi.
d. Melatih Petugas
Seseorang yang
memegang pensil tidak otomatis menjadi penulis yang baik; seseorang yang
memiliki suara yang menarik juga tidak otomatis dapat menjelaska sesuatu dengan
jelas kepada khalayak (audience). Namun, penulis maupun pembicara yang tidak
memiliki bakat alami dapat menjadi penulis dan pembicara yang baik melalui
latihan-latihan yang teratur dan terencana dengan baik.
Oleh karena itu,
suatu organisasi dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan
berkomunikasi bagi orang-orang yang pekrjaan/tugasnya berhubungan erat dengan
masalah komunikasi. Pelatihan ini mencakup paling tidak preferensi gaya
organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator juga perlu meningkatkan
dan mapu memperlancar kemampuan berbahasa dan keterampilan presentasinya,
sehingga komunikasi bias menjadi lebih baik dan lancer suatu ajang uji coba
keterampilan yang cukup menantang.
C.
Masalah Komunikasi Dalam Organisasi
Hambatan-Hambatan Terhadap Komunikasi
yang Efektif Di Dalam Organisasi :
1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :
1. Tidak adanya rencana atau
prosedur kerja yang jelas
2.
Kurangnya
informasi atau penjelasan
3. Kurangnya ketrampilan
membaca pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.
2.Hambatan
Sematik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
3.Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang
D.
Solusi dari Masalah Komunikasi dalam Organisasi
Di dalam hubungan
komunikasi di suatu lingkungan kerja atau perusahaan antara individu akan
sering terjadi. Permasalahan yang sering terjadi biasanya adalah karena masalah
kominikasi yang kurang baik. Sehingga cara mengatasi masalah dalam perusahaan
harus benar-benar dipahami management inti dari perusahaan, untuk meminimalisir
dampak yang timbul. Permasalahan atau konflik yang terjadi antara karyawan atau
karyawan dengan atasan yang terjadi karena masalah komunikasi harus di
antisipasi dengan baik dan dengan system yang terstruktur. Karena jika masalah
komunikasi antara atasan dan bawahan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya mogok kerja, bahkan demo. Sehingga untuk mensiasati masalah ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara:
1.
Membentuk suatu system
informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi.
Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
2.
Buat komunikasi dua
arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan
membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang dua arah dan intens akan
mengurangi masalah di lapangan.
3.
Beri pelatihan dalam
hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan
pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan
meminimalkan masalah dalam hal komunikasi Biasanya masalah timbul karena
lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan. Misalnya, kondisi cahaya
yang kurang, atau sirkulasi yangkurang baik, dan temperature ruangan yang
tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan
juga harus di perhatikan.
Contoh
Kasus
1.
PT
Golden Castle , bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami
permasalahan antara perusahaan dengan karyawan. Permasalahan
ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication
antara atasan dengan karyawannya. Adanya perubahan kebijakan dalam
perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun
pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan,
sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak
perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan
mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran
yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan manapun pasti
pernah mengalami permasalahan internal.Mulai dari tingkat individu,
kelompok, sampai unit. Mulai dari derajat dan lingkup permasalahan yang
kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut
tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif besar seperti
beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen. Contoh
lainnya dari permasalahan yang relatif besar yakni antara
karyawan dan manajemen.Secara kasat mata kita bisa ikuti berita
sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak permasalahan dalam
bentuk demonstrasi danpemogokan.Apakah hal itu karena tuntutan besarnya
kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan
hak asasi manusia karyawan.
Penjelasan kasus :
Didalam hubungan komunikasi di
suatu lingkungan kerja atau perusahaan antara individu akan sering
terjadi. Permasalahan yang sering terjadi biasanya adalah karena
masalah kominikasi yang kurang baik. Sehingga
cara mengatasimasalah dalam perusahaan harus benar-benar
dipahami management inti dari perusahaan, untuk meminimalisir
dampak yang timbul. Permasalahan atau konflik yang
terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi
karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan
system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan
dan bawahan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan
demo. Sehingga untuk mensiasati masalah ini bias dilakukan dengan
berbagai cara:
-
Membentuk
suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi
kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan
pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
-
Buat
komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancer dan
harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan
komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di lapangan.
-
Beri
pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan
akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam
organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi Biasanya
masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan.
Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yangkurang baik, dan
temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk
meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus
di perhatikan.
2. Misal ketika diskusi
kelompok, ketika ada yang sedang presenetasi pembicara baik sedang menjelaskan
atau menjawab pertayaan dari audien, banyak teman atau pendengar yang duduk
dibelakang menguap, menyandarkan punggungnya dan berpangku tangan seolah-olah
menunjukan bahwa pendengar malas untuk menerima dan memberikan timbal
balik(feedback) kepada pembicara sehingga proses berjalannya komunikasi kurang
efektif dan tidak sesuai dengan yang di inginkan.
Penyelesaian :
Untuk pihak penyaji (selaku
komunikator) : Di buat lebih menarik sehingga pendengar tetarik untuk
mendengarkan dan memberikan tanggapan.
Untuk pihak pendengar (selaku
komunikan) : Berusaha menyimak dan memberi tanggapan agar komunikasi dapat
berjalandengan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar